NEGERI dengan lima juta penduduk itu, atau hanya sepertiga penduduk Jakarta pada siang hari, telah melahirkan empat penerima Nobel Sastra da...

Irlandia, ibukota sastra dunia, negeri para penulis terbaik


NEGERI dengan lima juta penduduk itu, atau hanya sepertiga penduduk Jakarta pada siang hari, telah melahirkan empat penerima Nobel Sastra dan lima pemenang Booker Prize. Bintang-bintang cemerlang dari generasi ke generasi terus bermunculan sejak James Joyce, William Butler Yeats, George Bernard Shaw, Samuel Beckett, Seamus Heaney, hingga generasi berikutnya Colm Tóibín dan Sally Rooney.


Pertanyaannya, apa yang membuat Irlandia terus menumbuhkan para pengarang cerita berbakat?


Ronan McDonald, pakar Studi Irlandia di Universitas Melbourne, mengakui bahwa sastra Irlandia kontemporer sangat dihargai di seluruh dunia. “Apakah Irlandia menghasilkan lebih banyak penulis berbakat daripada negara lain ataukah penulis berbakat Irlandia mendapatkan lebih banyak perhatian internasional daripada [penulis dari] negara lain, misalnya Australia?" tanyanya.


Irlandia juga mampu memanfaatkan posisi internasionalnya dengan memasarkan diri sebagai negara sastra. Ibukotanya menjadi tuan rumah Dublin Literary Award, sebuah penghargaan dengan hadiah senilai €100.000, atau sekitar Rp1,6 miliar, salah satu hadiah sastra terbesar di dunia, dan telah menjadi Kota Sastra UNESCO sejak tahun 2010.


Pemerintah Irlandia sangat peduli terhadap sastra dan murah hati dalam memberikan dana untuk penulisan, memberikan pengurangan pajak, dan Dewan Keseniannya didanai dengan baik.


Namun, ini baru beberapa dekade terakhir. Sampai dengan paruh awal abad ke-20, Irlandia adalah negeri yang represif terhadap para pengarang. Dominasi Gereja Katolik dan sensor oleh negara melahirkan suasana yang “sangat tidak liberal dan tidak toleran bagi para penulis," kata McDonald.


Para modernis besar negeri itu, seperti James Joyce dan Samuel Beckett, pergi dari Dublin akibat kerasnya tekanan gereja dan pemerintah.


Tetapi sejak beberapa dekade terakhir Irlandia sangat memanjakan para penulisnya, merayakan karya-karya mereka, dan memberikan dukungan keuangan kepada mereka.


*


Sejarah memiliki pengaruh besar dalam sastra Irlandia. Kelaparan besar di negara ini, misalnya, menjadi momen sangat penting dalam sejarah yang mereka yang kelam. Antara 1845 dan 1852, satu juta orang meninggal karena kelaparan di Irlandia, dan satu juta orang lagi pergi keluar.


Dampak dari trauma kolektif ini terlihat dalam munculnya modernisme Irlandia sebagai gerakan seni pada akhir abad ke-19. Sejarah yang compang-camping, menurut Christopher Morash, profesor Penulisan Irlandia di Trinity College dan penulis buku Dublin: A Writer's City, menjadi alasan kuat mengapa para penulis Irlandia merespons secara antusias gerakan modernisme.


"Ada perasaan tentang masa lalu yang hilang. Dan karenanya anda harus membuat masa kini dengan cara baru," kata Morash.


Ini perasaan yang dipegang oleh penyair dan penulis Irlandia, William Butler Yeats, yang mengatakan bahwa pada 1900-an, Irlandia adalah gumpalan lilin lembut yang siap dibentuk ulang.


Saat ini, Irlandia adalah sebuah negara yang progresif secara sosial.


Gereja Katolik tidak lagi berpengaruh secara signifikan, dan penduduknya telah memberikan suara mendukung reformasi sosial yang tidak terbayangkan satu generasi sebelumnya, termasuk legalisasi pernikahan sesama jenis dan aborsi.


Masa lalu yang represif saat ini hanya ada dalam sastra, muncul dalam tema-tema kemiskinan, penyalahgunaan, dan represi sosial. Kita bisa mengatakan bahwa situasi buruk di masa lalu telah menyumbangkan sesuatu kepada para sastrawan untuk ditulis dan dilawan.


*


Faktor penting lainnya adalah bahasa. Sebagian besar penduduk Irlandia berbicara bahasa Irlandia (juga dikenal sebagai Gaelic) hingga abad ke-19. Negara ini memiliki tradisi storytelling yang kuat, yang didasarkan pada folklor yang kaya.


Louise Kennedy, penulis asal Irlandia Utara yang novel debutnya, Trespasses, memenangi Penghargaan Novel Tahun Ini di Irish Book Awards 2022, mengaitkan suara Irlandia (dan keberhasilannya di dalam tulisan) dengan Hiberno-Inggris, dialek yang merupakan bahasa asli di pulau tersebut.


"Ketika orang Irlandia kehilangan bahasa mereka sendiri, mereka tidak mendapatkan pelajaran formal bahasa Inggris, dan mereka mengaplikasikan kata-kata baru ke struktur tata bahasa Irlandia," kata Kennedy kepada Claire Nichols, pembawa acara The Book Show di ABC RN, di Adelaide Writers Festival.


"Saya pikir hal itu menambah sedikit keindahan dalam prosa atau percakapan orang-orang dari Irlandia."


Hiberno-Inggris ditandai dengan pemakaian ungkapan berwarna-warni yang terkenal dari orang-orang Irlandia.


Kehadiran bahasa Inggris menciptakan rasa gelisah dalam bidang sastra, yang pada akhirnya memberi keberanian kepada para penulis untuk bereksperimen dengan bahasa baru tersebut dan memicu gerakan modernisme.


James Joyce, misalnya, menggunakan berbagai gaya naratif dan teknik sastra untuk mewakili pikiran, suasana batin, dan pengalaman manusia secara menyeluruh. Joyce menggunakan teknik aliran kesadaran, perubahan gaya bahasa yang drastis, dan bahasa yang rumit untuk menciptakan gambaran yang kompleks dan mewakili pelbagai pengalaman manusia, dan sekaligus untuk memperlihatkan bahwa bahasa tidak memadai untuk menyampaikan kompleksitas pengalaman manusia.


Dalam eksperimennya, ia menggeledah dan memperbarui bahasa—dan juga bentuk novel. Sampai sekarang novelnya Ulysses masih dianggap sebagai salah satu novel paling inovatif yang pernah diterbitkan dalam bahasa Inggris.


*


Para penulis Irlandia saat ini beruntung membangun kesuksesan di atas keberhasilan para pendahulu.


"Pada titik tertentu, sastra melahirkan sastra berikutnya," kata Morash.


John Boyne, penulis lebih dari 20 buku, mengatakan bahwa kemampuan Irlandia untuk melahirkan penulis-penulis berbakat adalah "pencapaian diri".


"Saya tumbuh dewasa pada saat ada generasi hebat sebelum saya, orang-orang seperti Roddy Doyle dan Colm Tóibín ... yang semuanya menerbitkan buku dan sangat sukses. Buku mereka diadaptasi menjadi film dan memenangi penghargaan," katanya di Adelaide Writers Festival.


"Hal itu membuat saya merasa bahwa impian saya tidak terlalu konyol. Saya anak kecil di Dublin, dan mereka juga begitu ... Hal itu membuat generasi muda berpikir bahwa ini mungkin."


*


Salah satu perubahan sosial paling signifikan di Irlandia dalam beberapa dekade terakhir adalah transformasinya menjadi negara multikultural. Dan sastranya juga bergerak ke arah sana.


Irlandia adalah sebuah contoh di mana para penulis di suatu negara menjadi pusat dalam proses pembaruan budaya dan pembentukan identitas nasional. "Satu hal yang membuat Irlandia istimewa adalah ... para penulis telah memainkan peran kunci dalam membayangkan akan menjadi seperti apa negara ini,” kata Christopher Morash.[]

Sumber:
https://www.abc.net.au/news/2023-06-11/irish-literature-james-joyce-samuel-beckett-sally-rooney/102455738

0 comments: